Cuti bersama Iduladha pada musim haji 2025 ini telah ditetapkan pemerintah melalui SKB Tiga Menteri Nomor 1017 Tahun 2024, Nomor 2 Tahun 2024, dan Nomor 2 Tahun 2024 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025. Dalam surat keputusan tersebut, Iduladha 1446 H akan jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025, sementara cuti bersama Iduladha ditetapkan pada Senin, 9 Juni 2025.
Penetapan tersebut sejalan dengan Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025 yang menetapkan 1 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Lantas, tanggal berapa puasa Arafah? Jika mengacu pada penetapan tersebut, maka hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada Kamis, 5 Juni 2025.
Puasa Arafah adalah salah satu bentuk ibadah sunnah yang sangat dianjurkan di bulan Dzulhijjah, khususnya bagi mereka yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Meski puasa Muharram disebut sebagai yang paling utama setelah Ramadhan (HR. Muslim no. 1163), puasa Arafah memiliki nilai tersendiri karena waktunya beriringan dengan puncak ibadah haji.
Baca Juga:
Sudahkah Ibadah Kurban Kita Sesuai Tuntunan?
Puasa Arafah menjadi salah satu amalan bulan Dzulhijjah yang dikenal penuh keutamaan. Bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji, 9 hari bulan Dzulhijjah merupakan momen istimewa untuk memperbanyak ibadah, termasuk berpuasa.
Keutamaan Puasa Arafah
Hari Arafah memiliki keutamaan tersendiri di antara banyak momen istimewa dalam kalender Islam. Tentunya, tidak semua orang mampu menunaikan ibadah haji. Allah memberikan kesempatan bagi setiap Muslim untuk tetap meraih keutamaan besar pada hari tersebut melalui puasa Arafah.
Berikut tujuh keutamaan puasa Arafah:
1. Menghapus dosa selama dua tahun sekaligus
Puasa Arafah memiliki keistimewaan luar biasa karena dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Ini menunjukkan bahwa Allah memberikan pahala besar hanya dari satu hari berpuasa. Ulama berbeda pendapat mengenai jenis dosa yang diampuni. Sebagian menyatakan dosa kecil, namun ada pula yang menyatakan dosa besar pun mungkin diampuni jika disertai taubat.
Dari Abu Qotadah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun setelahnya. Dan puasa Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa tahun sebelumnya." (HR. Muslim no. 1162).
2. Hari paling banyak Allah membebaskan manusia dari neraka
Hari Arafah disebut sebagai hari ketika Allah paling banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka. Keutamaan ini tidak hanya berlaku bagi yang wukuf, tetapi juga bagi kaum Muslimin yang memanfaatkan hari tersebut dengan amal saleh, terutama berpuasa.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada satu hari pun yang Allah lebih banyak membebaskan seseorang dari api neraka melebihi hari Arafah. Sesungguhnya Allah mendekat dan membanggakan mereka di hadapan para malaikat seraya berkata: Apa yang diinginkan oleh mereka itu?" (HR. Muslim no. 1348).
3. Hari diturunkannya ayat penyempurna agama
Hari Arafah memiliki makna historis karena pada hari inilah Allah menurunkan ayat tentang penyempurnaan agama Islam. Bahkan orang Yahudi mengakui keagungan hari tersebut dan menyatakan bahwa jika ayat itu turun kepada mereka, mereka akan menjadikannya sebagai hari raya.
Baca Juga:
Larangan dan Amalan Hari Tasyrik
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, ada seorang Yahudi berkata:
"Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya, dan seandainya ayat itu diturunkan kepada kami orang Yahudi, niscaya kami menjadikannya sebagai hari raya." Umar bertanya, "Ayat yang mana?" Orang Yahudi itu menjawab: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam sebagai agamamu." Umar berkata, "Kami mengetahui hari dan tempat turunnya ayat tersebut kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat beliau berdiri di Arafah pada hari Jumat." (HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no. 3017).
4. Termasuk ied bagi yang berwukuf
Umar bin Khattab dan Ibnu Abbas menyatakan bahwa hari Arafah adalah salah satu hari raya (ied) umat Islam. Namun, bentuk perayaannya bukanlah seperti Idulfitri atau Iduladha, melainkan berupa wukuf bagi jamaah haji dan puasa bagi yang tidak berhaji. Karena itu, meskipun umat Islam yang tidak berhaji tidak bisa berada di Arafah, mereka tetap dapat ikut meraih keberkahannya.
Ibnu Abbas berkata: "Ayat (Al-Ma'idah: 3) turun pada dua hari raya: hari Jumat dan hari Arafah. Umar berkata: 'Keduanya, alhamdulillah, merupakan hari raya bagi kami.'" (HR. Tirmidzi).
5. Termasuk hari paling utama dalam Islam
Sebagian ulama menilai bahwa hari Arafah merupakan hari paling utama dalam setahun. Hal ini menunjukkan kedudukan istimewa hari tersebut di sisi Allah. Bahkan sebagian ulama salaf menyatakan bahwa hari Arafah lebih utama dari 10.000 hari lainnya.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, "Hari Arafah lebih utama dari sepuluh ribu hari. Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia mendapatkan pahala seperti berpuasa dua ribu hari." (Dinukil dari Lathaif al-Ma’arif karya Ibnu Rajab).
6. Hari di mana Allah membanggakan hamba-Nya
Allah tidak hanya mengampuni dosa dan membebaskan hamba dari neraka pada hari Arafah. Lebih dari itu, Allah membanggakan para hamba-Nya yang berada di Arafah di hadapan para malaikat. Meskipun hadis ini berkaitan dengan mereka yang wukuf, para ulama menyatakan bahwa keutamaan hari itu tetap bisa diraih melalui amal saleh lainnya.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah membanggakan para malaikat-Nya pada sore hari Arafah terhadap para jamaah haji yang berada di Arafah, lalu Allah berfirman: 'Lihatlah kepada hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kusut dan berdebu.'" (HR. Ahmad no. 7086, sanadnya hasan).
7. Momentum istimewa bagi yang tidak berhaji
Puasa Arafah adalah kesempatan besar bagi kaum Muslimin yang tidak bisa menunaikan haji. Ini adalah bentuk rahmat Allah, di mana meski seseorang tidak hadir secara fisik di Arafah, ia tetap dapat meraih pahala agung hanya dengan berpuasa. Maka penting mengetahui tanggal berapa puasa Arafah agar tidak terlewat.
Ibnu Muflih berkata: "Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama." (Al-Furu’, 3:108).
Baca Juga:
2025 Waktunya Kurban Cerdas Dan Berkahnya Meluas
Puasa Arafah adalah ibadah sunah yang dilaksanakan setiap 9 Zulhijah oleh umat Islam yang tidak sedang berhaji, bertepatan dengan momen wukuf di Padang Arafah. Tata cara puasa Arafah dimulai dengan niat dalam hati sebelum fajar.
Sahur sangat dianjurkan meski tidak wajib, untuk menjaga kekuatan selama berpuasa dan memperoleh keberkahannya. Umat Islam wajib menahan diri dari makan, minum, serta hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari, seraya menjaga perilaku, memperbanyak dzikir, doa, dan amal saleh.
Rasulullah Saw. tidak berpuasa saat berhaji, tetapi sangat menganjurkan puasa Arafah bagi yang tidak berhaji, sebagaimana sabdanya: “Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya.” (HR. Muslim no. 1162).
Selain beribadah puasa, manfaatkan hari Arafah untuk memperbanyak doa dan amalan sesuai tuntunan Rasulullah saw. Ingat, hari Arafah adalah salah satu waktu terbaik untuk berdoa dan memohon ampunan.