Amalan malam 1 Muharram, termasuk doa malam 1 Suro, menjadi perhatian penting umat Islam dalam menyambut tahun baru Hijriah. Berdasarkan SKB 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025, 1 Muharram 1447 H atau disebut juga dengan tanggal 1 Suro pada kalender Jawa, jatuh pada Senin, 7 Juli 2025.
Keistimewaan malam 1 Suro ini tidak hanya penanda pergantian kalender, tapi juga pengingat untuk memperbarui niat ibadah di awal tahun. Banyak umat Muslim mengawali malam tersebut dengan memanjatkan doa 1 Muharram, dzikir, dan muhasabah diri sebagai langkah awal menuju tahun yang lebih berkah.
Bulan Muharram memiliki keutamaan khusus dalam syariat Islam. Ia termasuk dalam empat bulan haram yang dimuliakan Allah, di mana dosa dilipatgandakan dan amal kebaikan diganjar lebih besar. Rasulullah Saw. bersabda: "Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram." (HR. Muslim no. 1163).
Julukan Syahrullah (bulan Allah) menunjukkan bahwa Muharram memiliki nilai tinggi di sisi Allah. Maka tidak mengherankan jika banyak umat Islam yang memuliakan malam pertamanya dengan berbagai bentuk ibadah.
Namun demikian, amalan-amalan yang dikerjakan untuk memperoleh keutamaan 1 Muharram hendaknya didasari dalil yang shahih. Tidak semua amalan malam 1 Muharram yang kita lihat banyak dilakukan orang memiliki dasar yang jelas dalam sunnah Nabi Saw.
Baca Juga:
Jangan Lewatkan Amalan-Amalan di Bulan Muharram
Di tengah semangat menyambut tahun baru Islam, penting untuk mengetahui mana amalan yang sesuai tuntunan dan mana yang tidak pernah dicontohkan, bahkan bisa termasuk bid’ah. Pemahaman yang benar menjadi kunci agar ibadah kita diterima Allah Swt.
Macam-Macam Amalan 1 Muharram
Bulan Muharram adalah kesempatan istimewa bagi umat Islam untuk melipatgandakan pahala. Ia menandai pergantian tahun baru Islam, yang seharusnya diisi dengan amalan yang berpijak pada tuntunan Al-Qur'an dan hadits.
Berikut tujuh amalan utama pada bulan Muharram:
1. Berpuasa di Bulan Muharram, Terutama Puasa Asyura dan Tasu’a
Puasa di bulan Muharram, khususnya pada tanggal 10 (Asyura) dan didahului tanggal 9 (Tasu’a), adalah amalan paling utama setelah Ramadan. Rasulullah Saw. sendiri menekankan keutamaannya.
“Dan aku berharap kepada Allah, semoga puasa hari Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).
Meskipun tidak ada perintah puasa khusus pada tanggal 1 Muharram, memulai bulan dengan puasa sunnah sangat dianjurkan sebagai bentuk menghidupkan awal tahun dengan amal saleh.
2. Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Mengawali tahun dengan memperbanyak dzikir dan istighfar adalah amalan hati yang menenangkan dan berpahala besar. Tidak ada ketentuan waktu khusus untuk dzikir, sehingga sangat tepat jika malam 1 Muharram dimanfaatkan untuk menyucikan hati, memperbaiki niat, dan mendekatkan diri kepada Allah.
“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41).
3. Qiyamul Lail dan Shalat Taubat
Qiyamul lail atau shalat malam termasuk amalan yang dicintai Allah kapan pun dilakukan, termasuk sebagai amalan 1 Muharram. Maka mengisinya dengan tahajud, taubat, atau shalat hajat untuk memohon pertolongan dan bimbingan Allah di awal tahun adalah amalan yang sah dan berpahala.
“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
4. Membaca Al-Qur’an dan Tadabbur
Membuka tahun Hijriyah dengan membaca Al-Qur’an dan mentadabburinya adalah bentuk menghidupkan hati. Tak ada ketentuan khusus membaca surat tertentu di malam 1 Muharram, namun setiap ayat yang dibaca mendatangkan pahala. Jika diniatkan untuk memulai tahun dengan petunjuk Allah, maka itu menjadi amal yang mulia.
“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim no. 804).
Baca Juga:
Belum Bisa Berkurban? Yuk, Ikuti Program Kaleng Kurban untuk Berbagi Kebahagiaan
5. Muhasabah Diri dan Menyusun Target Kebaikan
Momentum tahun baru hijriah bisa digunakan untuk muhasabah (introspeksi diri). Meski tak ada dalil khusus yang menyebutnya, refleksi diri sangat dianjurkan dalam Islam, sebagaimana dilakukan para salaf. Evaluasi amal dan menyusun target untuk memperbaiki ibadah merupakan bentuk kesadaran spiritual yang sangat bermanfaat.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.” (QS. Al-Hasyr: 18).
6. Sedekah dan Silaturahmi
Tidak ada dalil bahwa sedekah atau silaturahmi di malam Muharram berpahala khusus, tapi karena keduanya adalah amal harian yang sangat ditekankan dalam Islam, maka mengawali tahun dengan sedekah atau mempererat hubungan keluarga sangat dianjurkan sebagai bentuk penyucian hati dan penyambung rezeki.
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2588).
“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka sambunglah silaturahmi.” (HR. Bukhari no. 5986, Muslim no. 2557).
7. Berdoa Memohon Kebaikan di Awal Tahun
Tidak ada hadits shahih tentang doa 1 Muharram atau doa malam 1 Suro secara khusus. Namun, karena berdoa adalah ibadah yang dianjurkan kapan saja, maka memohon kepada Allah agar tahun baru menjadi lebih baik adalah hal yang diperbolehkan.
Banyak ulama menyusun doa-doa yang maknanya baik. Namun, jangan diyakini sebagai doa warisan Nabi Saw. atau bagian dari sunnah.
Salah satu doa awal tahun antara lain:
Allâhumma antal-abadiyyul qadîm, wa hâdzâ ‘âmun jadîd, as-aluka fîhi al-‘ishmata minas-syaythân, wal-‘aun ‘alâ hadzâ an-nafs al-ammârah bis-sû’, wal-isytighâl bimâ yuqarribunî ilayka, yâ Dzâl-Jalâli wal-Ikram.
Artinya:
“Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Awal dan Maha Qadim, inilah tahun baru yang datang. Aku mohon perlindungan dari godaan setan, dan pertolongan untuk menundukkan hawa nafsu yang suka memerintah kepada kejahatan, serta kesibukan dengan amalan yang mendekatkan diriku kepada-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Dermawan.”
Kedudukan doa ini tidak berasal dari hadits Nabi Saw., tetapi merupakan doa yang baik dari sisi makna. Selama tidak diyakini sebagai doa 1 Muharram atau doa malam 1 Suro secara khusus, maka boleh dibaca sebagai doa umum.
Waspada Amalan Tanpa Dasar yang Jelas
Banyak masyarakat masih percaya bulan Muharram sebagai bulan keramat yang membawa nasib baik atau buruk, seperti menghindari menikah di bulan ini. Keyakinan semacam ini termasuk sisa jahiliyah yang sudah dibantah oleh Islam. Kesialan atau keberuntungan bukan terkait waktu, melainkan ketetapan Allah semata.
Baca Juga:
B1SA : Bangun 1000 Sumber Air Bersih
Selain itu, berbagai amalan seperti doa khusus awal tahun, puasa awal atau akhir Muharram, serta menghidupkan malam pertama Muharram atau malam Asyura dengan ibadah tambahan, tidak memiliki dasar dalil shahih. Bahkan beberapa hadits yang digunakan untuk mendukung amalan tersebut terbukti palsu. Ulama menegaskan semua ini adalah bid’ah yang harus dihindari.
Praktik peringatan kematian Husein secara berlebihan dengan ritual ratapan dan pemukulan diri oleh sebagian kelompok Syi’ah juga bukan ajaran Islam, melainkan bid’ah dan syirik. Sebagai muslim, kita wajib mewaspadai dan meninggalkan amalan tanpa landasan syariat agar ibadah kita murni dan benar sesuai tuntunan Nabi Saw.
Amalan 1 Muharram yang benar adalah cermin keteguhan iman, bukan sekadar tradisi kosong yang menyesatkan. Pastikan setiap langkah ibadah di bulan mulia ini berakar pada petunjuk Rasulullah Saw.