Cara sholat Iduladha perlu dipahami oleh setiap Muslim sebagai bagian dari pengamalan sunnah Nabi Muhammad Saw. Sholat ini menjadi salah satu syiar Islam yang dilaksanakan pada pagi hari 10 Dzulhijjah, sebelum penyembelihan hewan kurban dimulai.
Iduladha, atau dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban, merupakan momen yang memperingati ketaatan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada perintah Allah SWT. Sholat ini dikerjakan secara berjamaah, baik di lapangan terbuka maupun masjid, dan disertai dengan khutbah Iduladha setelah sholat usai.
Shalat Iduladha terdiri dari dua rakaat sebagaimana shalat Idulfitri, dengan jumlah takbir tambahan sebanyak tujuh kali di rakaat pertama dan lima kali di rakaat kedua, di luar takbiratul ihram dan takbir intiqal. Usai shalat, disunnahkan untuk menyimak khutbah Iduladha.
Menurut mayoritas ulama, hukum shalat Iduladha adalah sunnah muakkadah, yakni ibadah yang sangat dianjurkan dan hampir mendekati wajib. Bahkan, sebagian ulama seperti madzhab Hanafi menyatakan bahwa sholat ini hukumnya wajib bagi laki-laki yang memenuhi syarat.
Cara Sholat Iduladha dan Bacaannya
Persiapan menjelang sholat Iduladha tak kalah penting. Sejak malam hari, seorang Muslim dianjurkan untuk meluruskan niat Iduladha, menjaga kesucian hati, dan mempersiapkan diri dengan pakaian terbaik. Saat pagi tiba, umat Islam berangkat lebih awal ke tempat sholat, bertakbir sepanjang jalan, dan menanti waktu pelaksanaan dengan khusyuk.
Baca Juga:
Larangan dan Amalan Hari Tasyrik
Setelah sholat, jamaah disunnahkan mendengarkan khutbah Iduladha, lalu menyempurnakannya dengan ibadah kurban bagi yang mampu. Di antara rangkaian ibadah tersebut, doa sholat Iduladha menjadi bagian penting yang mencerminkan harapan dan penghambaan seorang hamba kepada Rabb-nya.
Selengkapnya, berikut tata cara sholat Iduladha lengkap dengan doanya.
1. Niat Shalat Iduladha
Shalat Iduladha diawali dengan niat di dalam hati, namun disunnahkan untuk melafalkannya sebagai bentuk pembimbing hati. Lafal niatnya adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُومًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَالَى
"Ushallî sunnatan li ‘îdil Adlhâ rak'ataini (imâman/ma’mûman) lillâhi ta‘âlâ."
Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Iduladha dua rakaat (sebagai imam/makmum) karena Allah Ta’ala.”
Jika shalat dilakukan sendirian, lafal “imâman” atau “ma’mûman” tidak perlu disebutkan. Niat ini cukup diucapkan sekali sebelum takbiratul ihram.
2. Takbiratul Ihram dan Doa Iftitah
Setelah niat, dilanjutkan dengan takbiratul ihram: اللَّهُ أَكْبَرُ
Kemudian membaca doa iftitah. Doa iftitah ini seperti pada shalat-shalat lainnya. Setelah itu, tidak langsung membaca Al-Fatihah, melainkan melanjutkan dengan takbir tambahan.
3. Takbir Tambahan di Rakaat Pertama (7 Kali)
Setelah doa iftitah, membaca takbir tambahan sebanyak 7 kali dengan mengangkat tangan dan mengucapkan:
اللَّهُ أَكْبَرُ (tujuh kali, tidak termasuk takbiratul ihram)
Di antara takbir-takbir itu, disunnahkan membaca dzikir seperti:
سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Atau bacaan lain seperti:
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
4. Membaca Surat Al-Fatihah dan Surat Pendek
Setelah takbir-takbir tersebut, membaca Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan surat pendek, yang disunnahkan adalah Surat Al-A‘lā (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى). Pemilihan surat ini didasarkan pada hadis Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh para sahabat.
Baca Juga:
Sudahkah Ibadah Kurban Kita Sesuai Tuntunan?
Selanjutnya, shalat dilanjutkan seperti biasa: rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, dan duduk istirahat ringan sebelum berdiri ke rakaat kedua.
5. Rakaat Kedua: Takbir Tambahan (5 Kali)
Saat berdiri untuk rakaat kedua, lakukan takbir intiqal terlebih dahulu. Setelah itu, membaca takbir tambahan sebanyak 5 kali:
اللَّهُ أَكْبَرُ (sebanyak lima kali)
Di antara takbir-takbir ini, kembali dianjurkan untuk membaca dzikir sebagaimana di rakaat pertama. Amalan ini mengikuti riwayat dari ‘Aisyah ra., bahwa Nabi Saw. bertakbir sebanyak lima kali pada rakaat kedua selain takbir ruku’.
6. Membaca Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ghasyiyah
Setelah takbir-takbir tersebut, membaca Surat Al-Fatihah, kemudian disunnahkan membaca Surat Al-Ghâsyiyah (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ). Setelah itu, gerakan shalat berlanjut sebagaimana biasa: rukuk, i’tidal, dua sujud, dan tasyahhud akhir.
Tasyahhud dibaca lengkap, sebagaimana dalam shalat lainnya. Setelah selesai membaca tasyahhud, dilanjutkan dengan salam ke kanan dan ke kiri.
7. Mendengarkan Khutbah Iduladha
Setelah shalat dua rakaat selesai, jamaah disunnahkan untuk duduk menyimak khutbah Iduladha yang disampaikan oleh khatib. Ini adalah bagian penting dari rangkaian ibadah Iduladha. Rasulullah Saw. selalu menyampaikan khutbah setelah shalat Iduladha. Namun, bagi yang shalat sendirian atau di rumah, tidak ada kewajiban khutbah.
Contoh Khutbah Iduladha
khutbah Iduladha berisi pesan-pesan ketakwaan, keutamaan berkurban, ukhuwah Islamiyah, serta doa-doa untuk kaum Muslimin. Dianjurkan untuk menyimaknya dengan penuh adab, tidak berbicara, dan tetap diam hingga khutbah selesai.
Berikut contoh khutbah Iduladha tema: "Meneladani Pengorbanan, Merawat Kepedulian"
Khutbah Pertama
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd.
Segala puji hanya milik Allah SWT. Di pagi yang penuh berkah ini, kita masih diberi nikmat iman dan Islam, serta kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju tempat ini, menunaikan shalat Iduladha bersama keluarga dan masyarakat tercinta. Di tengah hiruk-pikuk dunia, Allah masih memberi kita waktu untuk berhenti sejenak menghadap, mengingat, dan merenungi makna sejati dari ibadah dan pengorbanan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, nabi terakhir, rahmat bagi seluruh alam, pembawa cahaya di tengah kegelapan. Semoga kita semua termasuk umat beliau yang setia meniti jalan yang lurus, hingga kelak dipertemukan dengannya di telaga al-Kautsar. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Hari ini adalah hari besar. Bagi mereka yang sedang berada di Tanah Suci, hari ini adalah momentum melempar jumrah di Mina, menyempurnakan ibadah haji. Sementara kita di sini, melaksanakan shalat Ied dan mempersiapkan ibadah qurban.
Meski secara fisik berbeda tempat, sesungguhnya kita terhubung oleh semangat yang sama. Semangat tauhid, semangat ketundukan kepada Allah SWT, dan semangat memberi yang terbaik dari diri kita demi menggapai ridha-Nya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah,
Mari sejenak kita renungkan kisah agung Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Betapa perintah Allah untuk menyembelih sang anak adalah ujian paling berat bagi seorang ayah, namun justru di situlah letak cinta sejati kepada Allah diuji.
Nabi Ibrahim AS tidak sekadar taat, ia ridha. Nabi Ismail AS tidak sekadar pasrah, ia sabar. Dua hamba pilihan Allah ini menunjukkan bahwa kepatuhan bukan sekadar kata, tapi tindakan nyata. Dan di balik itu semua, Allah hanya menginginkan satu, yakni ketakwaan.
Firman Allah dalam surah As-Shaffat ayat 102:
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.” Ismail menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Peristiwa ini bukan dongeng. Ia adalah teladan hidup. Kita pun diuji dengan versi kita sendiri, apakah kita siap mengorbankan waktu, harta, ego, bahkan kenyamanan, demi menjalankan perintah-Nya?
Baca Juga:
2025 Waktunya Kurban Cerdas Dan Berkahnya Meluas
Khutbah Kedua
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Jamaah Iduladha yang dirahmati Allah,
Hari ini adalah momentum besar untuk memperbarui ketakwaan kita. Ibadah qurban bukan hanya penyembelihan hewan, tapi juga simbol dari kesediaan kita mengorbankan kepentingan dunia demi mendekat kepada Allah. Yang Allah nilai bukan dagingnya, bukan darahnya, tapi ketulusan hati dan ketaatan kita.
Mari kita jangan sekadar memotong hewan, tapi potong juga sifat kikir, potong keengganan berbagi, potong keinginan pamer. Jadikan qurban sebagai bukti cinta kepada Allah dan bentuk kasih kepada sesama, terutama mereka yang hidup dalam kekurangan.
Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Barangsiapa yang mampu berqurban namun tidak melaksanakannya, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." Hadis ini mengingatkan kita bahwa qurban adalah bentuk nyata dari keimanan, bukan sekadar rutinitas tahunan.
Mari kita berdoa bersama, “Ya Allah, terimalah amal ibadah kami hari ini. Terimalah qurban kami. Teguhkan hati kami untuk selalu ikhlas, taat, dan peduli. Limpahkan keberkahan-Mu atas kami, keluarga kami, dan seluruh umat Islam di mana pun berada”.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.
Taqabbalallahu minna wa minkum, wa kullu ‘aamin wa antum bi khair.
Perlu diketahui bahwa sholat Iduladha selain menjadi momen ibadah bersama, juga sarat dengan nilai sosial yang mendalam. Setelah pelaksanaan sholat, jamaah dianjurkan untuk saling mempererat tali silaturahmi dan memperbanyak doa untuk kesejahteraan seluruh umat.
Selain itu, waktu pelaksanaan sholat Iduladha biasanya disesuaikan dengan kondisi setempat, yakni saat matahari mulai naik tinggi, sebagai simbol semangat baru dalam berkorban dan berbagi. Dengan memahami makna dan tata cara sholat Iduladha yang lengkap, semoga ibadah Iduladha membawa kebaikan bagi diri, keluarga, dan masyarakat luas.