10 hari pertama Ramadan adalah momen istimewa di mana umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah seperti puasa, shalat, dan sedekah untuk meraih rahmat Allah Swt. Rasulullah Saw. bersabda: "Awal Ramadan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari neraka" (HR. Al-Baihaqi).
Puasa 2025 mulai kapan? 1 Ramadan 2025 diperkirakan jatuh pada tanggal 1 Maret 2025 berdasarkan hasil hisab Ramadhan 2025 yang dilakukan Muhammadiyah. Untuk penetapan resmi 1 Ramadan menunggu sidang isbat pemerintah yang menggunakan metode rukyah.
Seperti kita ketahui, Islam mengenal dua metode penentuan awal Ramadan, yakni rukyah (pengamatan hilal) dan hisab (perhitungan astronomi). Rasulullah Saw. bersabda: "Berpuasalah karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya..." (HR. Bukhari & Muslim).
Baca Juga:
3 Fase Pembagian Bulan Ramadan dalam Hadits
Perbedaan dalam penetapan awal Ramadan adalah hal wajar. Umat Islam sebaiknya menyikapinya dengan bijak dan lebih fokus meningkatkan ibadah. Apa saja amalan 10 hari pertama Ramadan?
Secara khusus, tidak ada dalil yang secara eksplisit menyebutkan amalan tertentu yang hanya berlaku pada 10 hari pertama Ramadan. Namun, berdasarkan keutamaan yang disebut dalam hadis bahwa awal Ramadan adalah saat turunnya rahmat Allah, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak amalan yang mendekatkan diri kepada rahmat-Nya.
Berikut beberapa amalan pada 10 hari pertama Ramadan:
1. Menata Niat yang Ikhlas
Setiap amalan bergantung pada niatnya. Di awal Ramadan, penting untuk memperbaharui niat dan memastikan bahwa ibadah dilakukan semata-mata karena Allah. Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, sedangkan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang diniatkannya...” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Selain itu, menata niat juga membantu seseorang untuk tetap bersemangat dalam menjalankan ibadah sepanjang bulan Ramadan. Dengan niat yang kuat sejak awal, kita lebih mudah menghindari rasa malas dan bosan, sehingga ibadah bisa dilakukan dengan penuh kesungguhan hingga akhir Ramadan.
2. Shalat Berjamaah
Melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian. Rasulullah Saw. bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Keutamaan ini semakin bertambah ketika dilakukan di bulan Ramadan.
Shalat berjamaah juga menjadi sarana untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah. Selain itu, melaksanakan shalat wajib dengan disiplin di awal Ramadan akan membantu menjaga konsistensi ibadah hingga akhir bulan.
3. Memperbanyak Sedekah
Sedekah di bulan Ramadan memiliki keutamaan yang luar biasa. Rasulullah Saw. ditanya tentang sedekah yang paling utama, beliau menjawab: “Sedekah di bulan Ramadan” (HR. At-Tirmidzi). Memberikan makanan untuk berbuka bagi orang lain juga sangat dianjurkan karena pahalanya setara dengan orang yang berpuasa.
Baca Juga:
Sedekah 1 Juta Al Qur'an Untuk Indonesia
Sedekah tidak harus dalam bentuk harta, tetapi bisa berupa tenaga, waktu, atau bahkan senyuman. Apalagi di 1 Ramadan 2025 nanti, saat umat Islam memulai puasa dengan penuh semangat, berbagi kepada sesama akan semakin memperkuat rasa kepedulian sosial.
4. Shalat Malam
Salah satu amalan terbaik di awal Ramadan adalah shalat malam atau tahajud. Rasulullah Saw. bersabda: “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah qiyamul lail (shalat tahajud)” (HR. Muslim). Shalat ini menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon ampunan-Nya.
Melakukan tahajud di awal Ramadan juga membantu membangun kebiasaan baik hingga akhir Ramadan. Jika dilakukan dengan rutin, insyaAllah akan menjadi kebiasaan yang tetap terjaga meskipun Ramadan telah berlalu.
5. Membaca dan Mempelajari Al-Qur'an
Salah satu kebiasaan Rasulullah Saw. di bulan Ramadan adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an. Dalam hadits disebutkan, “Rasulullah Saw. adalah manusia yang paling dermawan, terutama pada bulan Ramadan ketika malaikat Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkannya Al-Qur’an” (HR. Bukhari).
Membaca Al-Qur'an tidak hanya sekadar tilawah, tetapi juga memahami makna dan mengamalkannya. Oleh karena itu, selain membaca, sebaiknya juga meluangkan waktu untuk mentadabburi isinya agar mendapatkan manfaat lebih besar.
6. Menahan Diri dari Ucapan dan Perbuatan Sia-Sia
Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia. Rasulullah Saw. bersabda: “Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat...” (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan sama pentingnya dengan menahan diri dari makan dan minum.
Dengan menjaga ucapan dan perbuatan, seseorang dapat meraih pahala yang lebih besar dan menjaga kesucian puasanya. Oleh karena itu, penting untuk membiasakan diri menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat agar puasa benar-benar menjadi sarana peningkatan ketaqwaan.
7. Makan Sahur yang Berkah
Sahur adalah sunnah yang sangat dianjurkan karena membawa keberkahan. Meskipun hanya seteguk air, sahur tetap memiliki nilai ibadah yang besar. Rasulullah Saw. bersabda: “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu mengandung keberkahan” (HR. Bukhari).
Keutamaan sahur tidak hanya dalam bentuk pahala, tetapi juga sebagai persiapan fisik untuk menjalani puasa dengan lebih kuat. Rasulullah Saw. juga menyarankan agar sahur dilakukan di akhir waktu sebelum fajar, sebagaimana sabdanya: “Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka” (HR. Ahmad).
8. Menyegerakan Berbuka Puasa
Setelah berpuasa seharian, menyegerakan berbuka adalah sunnah yang sangat ditekankan. Rasulullah Saw. bersabda: “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa saat dia berbuka, dan doa orang yang terzalimi” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa waktu berbuka adalah momen yang penuh dengan keberkahan.
Baca Juga:
Adapun cara berbuka yang dianjurkan adalah dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada, maka dengan kurma kering (tamr). Jika tidak ada kurma, berbukalah dengan air, sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda: “Jika salah seorang berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka dengan air, sebab air itu menyucikan” (HR. Abu Dawud).
9. Berbuka dengan Sederhana
Berbuka puasa dengan sederhana adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Rasulullah SAW biasanya berbuka dengan kurma basah sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada, maka beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada yang demikian, beliau berbuka dengan seteguk air” (HR. Abu Dawud).
Tidak berlebihan dalam berbuka membantu menjaga kesehatan dan memudahkan seseorang untuk melaksanakan ibadah setelahnya. Dengan pola makan yang seimbang, kita akan lebih bugar dalam menjalankan tarawih dan qiyamul lail.
10. Iktikaf di Masjid
Bagi yang mampu, iktikaf di masjid adalah amalan yang sangat dianjurkan, bahkan di awal Ramadan. Allah Saw. berfirman: “Janganlah kamu campuri mereka ketika kamu [dalam keadaan] beriktikaf di masjid...” (QS. Al-Baqarah: 187). Iktikaf membantu seseorang untuk lebih fokus dalam ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Meskipun kebanyakan orang lebih menekankan iktikaf di 10 hari terakhir Ramadan, tidak ada salahnya memulainya sejak awal Ramadan agar semakin terbiasa dengan suasana ibadah yang khusyuk.
Memulai puasa 2025 dengan semangat yang tinggi dan amalan yang optimal akan membawa keberkahan sepanjang bulan. Dengan menata niat, menjaga ibadah wajib dan sunnah, serta memperbanyak amal kebaikan, insyaAllah kita bisa meraih rahmat Allah di 10 hari pertama Ramadan dan seterusnya.