Kisah Nabi Muhammad dari Lahir Hingga Wafat
hero

Kisah Nabi Muhammad dari Lahir Hingga Wafat

4 September 2025 |Artikel

Kisah nabi Muhammad Saw. adalah teladan bagi umat islam sampai akhir zaman. Mulai dari kelahiran nabi Muhammad Saw., masa kecil, remaja, dewasa, sampai masa kenabian Beliau, semuanya sarat pembelajaran. 

Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,“ (QS. Al-Ahzab: 21).

Sejarah nabi Muhammad bukan hanya catatan masa lalu, namun menjadi tuntunan kita dalam menjalani kehidupan. Tidak heran jika perayaan maulid nabi sering kita jumpai sepanjang bulan Rabiul Awal. Meskipun dalil maulid nabi masih diperdebatkan, namun mengkaji kisah nabi Muhammad Saw. tetaplah hal penting yang memiliki banyak keutamaan. 


Baca Juga:

Santunan Adik Yatim


Menelusuri sejarah Nabi Muhammad Saw. dapat membantu seorang Muslim memahami ajaran Islam secara utuh, meneladani akhlak beliau, memperkuat keimanan, serta menumbuhkan cinta dan ketaatan. Pemahaman yang benar terkait kisah nabi Muhammad Saw. menjadi pedoman dalam berdakwah dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Muhammad

Kelahiran Nabi Muhammad Saw. terjadi pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (570 M) di Mekah, bertepatan dengan peristiwa tentara bergajah yang gagal menyerang Ka’bah. Beliau lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya, Abdullah, meninggal dunia sebelum kelahiran. 

Ketika berusia enam tahun, ibunya, Aminah, juga wafat sehingga beliau menjadi yatim piatu. Muhammad kecil kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan setelah itu oleh pamannya, Abu Thalib.

Sejak kecil, Muhammad dikenal sebagai anak yang jujur, amanah, dan sopan santun. Masyarakat Quraisy menghormatinya karena sifat terpuji tersebut, hingga beliau digelari Al-Amin, artinya orang yang dapat dipercaya. 

Masa Remaja dan Pernikahan dengan Khadijah

Ketika beranjak remaja, Nabi Muhammad Saw. banyak belajar dari perjalanan dagang bersama pamannya ke Syam. Beliau dikenal jujur dalam berdagang dan menjaga kepercayaan, sehingga reputasinya tersebar luas. 

kaligrafi nabi Muhammad

Sifat amanah inilah yang membuatnya disukai masyarakat Mekah, termasuk Khadijah binti Khuwailid, seorang pengusaha sukses. Khadijah kemudian mempercayakan barang dagangannya kepada Nabi Muhammad, dan hasilnya selalu memuaskan karena kejujuran dan kecakapannya.

Khadijah akhirnya melamar Muhammad untuk menjadi suaminya. Rasulullah saat itu berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Dari pernikahan ini lahir enam anak, termasuk Fatimah az-Zahra yang menjadi ibu dari keturunan Rasulullah. Kehidupan rumah tangga Nabi penuh dengan kasih sayang, kesetiaan, dan dukungan, terutama ketika Khadijah menjadi pendamping setia dalam menghadapi ujian dakwah.

Pernikahan dengan Khadijah merupakan awal dari perjalanan besar kenabian. Dukungan moril dan materi Khadijah menjadi penopang utama Nabi Muhammad saat menerima wahyu pertama dan menghadapi tantangan dakwah di Mekah. 

Masa Kenabian di Mekah

Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad mulai menyendiri di Gua Hira untuk merenungi kondisi masyarakat Mekah yang penuh syirik, kezaliman, dan perpecahan sosial. Di sinilah beliau menerima wahyu pertama, firman Allah dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1–5.  Peristiwa ini menjadi titik awal kerasulan Muhammad Saw., dan beliau mulai menyeru manusia agar mengesakan Allah dan menjauhi berhala.

Namun, dakwah beliau di Mekah mendapat perlawanan keras dari kaum Quraisy. Mereka khawatir ajaran tauhid akan meruntuhkan kekuasaan dan sistem sosial mereka yang bertumpu pada penyembahan berhala. 

Nabi dan para sahabat mengalami penghinaan, penyiksaan, hingga pemboikotan. Meski demikian, beliau tetap teguh dan sabar dalam menyampaikan risalah. Pada masa inilah terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj, di mana Nabi diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik ke langit untuk menerima perintah shalat lima waktu.


Baca Juga:

Apa Keutamaan Bulan Jumadil Awal?


Tekanan yang semakin berat membuat Nabi Muhammad Saw. akhirnya diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah pada tahun 622 M. Hijrah ini bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan langkah besar dalam membangun masyarakat Islam yang berlandaskan hukum Allah. Hijrah juga menandai awal kalender Islam yang hingga kini digunakan umat muslim di seluruh dunia.

Hijrah ke Madinah dan Wafatnya Rasulullah

Setelah hijrah, Rasulullah Saw. membangun masyarakat Madinah yang damai dan berlandaskan persaudaraan. Masjid Nabawi didirikan sebagai pusat ibadah sekaligus pemerintahan. 

Beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dari Mekah dengan kaum Anshar di Madinah. Di kota inilah Islam berkembang pesat, baik melalui syariat yang diturunkan maupun interaksi sosial yang adil. Pada periode ini juga diwajibkan zakat, puasa Ramadan, haji, jihad, serta amar ma’ruf nahi munkar.

Namun, perjalanan dakwah di Madinah juga penuh ujian. Rasulullah Saw. memimpin beberapa pertempuran penting seperti Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Selain itu, beliau juga melakukan diplomasi, salah satunya melalui Perjanjian Hudaibiyah yang membuka jalan bagi semakin banyak orang masuk Islam. 

Pada tahun 8 H, Nabi berhasil menaklukkan Mekah dengan damai. Beliau menghancurkan berhala-berhala di sekitar Ka’bah dan memaafkan musuh-musuhnya, sebuah teladan agung dalam memimpin.

kisah nabi muhammad banyak diceritakan di dalam al quran

Pada tahun 10 H, Nabi Muhammad Saw. melaksanakan Haji Wada’. Di Padang Arafah, beliau menyampaikan khutbah yang menekankan pentingnya persatuan, keadilan, serta berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah. Tidak lama setelah itu, beliau jatuh sakit. 

Pada 12 Rabiul Awal tahun 11 H (632 M), Rasulullah wafat di rumah Aisyah radhiyallahu ‘anha pada usia 63 tahun. Allah telah berfirman: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka pun akan mati (pula).” (QS. Az-Zumar: 30). 

Wafatnya Rasulullah menjadi duka mendalam, namun Islam telah sempurna. Risalah beliau tetap abadi hingga akhir zaman.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar tanpa sengaja berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Al-Maidah: 3).

Sejarah Nabi Muhammad Saw. yang dimulai dari masa kecil penuh ujian hingga wafat sebagai pemimpin umat, terus menjadi sumber inspirasi bagi muslim di seluruh dunia. Dari kisah perjuangan dakwah di Mekah hingga keberhasilan membangun masyarakat Madinah, kisah Nabi Muhammad Saw. menjadi teladan yang sempurna. 

Karena itulah, hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. dipandang layak untuk dikenang oleh sebagian kalangan. Di banyak daerah, peringatan Maulid Nabi hadir dalam bentuk beragam. Ada yang mengisinya dengan pembacaan shalawat dan ceramah, ada pula yang menampilkan tradisi budaya lokal. 


Baca Juga:

Sedekah untuk Palestina


Bagi yang merayakan, Maulid Nabi dianggap momentum memperkuat rasa cinta kepada Rasulullah Saw. Sekaligus menyampaikan nilai dakwah dengan cara yang dapat diterima masyarakat luas. Namun, sebagian ulama menegaskan bahwa Maulid Nabi tidak dikenal pada masa Nabi maupun sahabat. Tidak ada dalil Maulid Nabi secara khusus yang menjadi dasar tuntunan. Sehingga tidak sepantasnya diperlakukan sebagai ibadah khusus. 

Pandangan berbeda ini telah lama hidup dalam tradisi Islam dan kerap menimbulkan perdebatan. Karena itu, sikap bijak sangat penting. Mari kita menjadikan sirah Nabi sebagai teladan utama, merawat ukhuwah, dan menghormati perbedaan tanpa menimbulkan perpecahan.

Baca Juga Artikel Lainnya