Rasa duka dirasakan oleh adik-adik yatim dan dhuafa binaan YBKB yang berada di wilayah Kp.Gaga Rt 003/004 Desa Pantai Mekar Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi. Ratusan rumah di Kampung Muara Gembong diterjang banjir rob di awal bulan Januari 2021. Ketinggian air laut mencapai 50 sentimeter.
Banjir rob sendiri merupakan banjir yang disebabkan oleh naiknya permukaan laut atau air laut ke daratan. Banjir rob sendiri disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
- Terjadinya badai seperti angin topan atau badai tropis. Gelombang akibat badai yang lebih besar daripada gelombang laut yang biasa terjadi dapat membawa air laut naik ke permukaan daratan.
- Kenaikan permukaan laut. Diperkirakan permukaan laut Bumi akan meningkat sekitar 9 sampai 88 sentimeter hingga tahun 2100.
Untuk banjir rob rentan terjadi di daerah yang permukaan tanahnya turun dan berada di pesisir pantai. Beberapa alasan turunnya permukaan laut adalah:
- air tanah yang terlalu banyak diambil.
- banyaknya pembangunan di wilayah tersebut.
- abrasi.
Muara Gembong merupakan wilayah Kabupaten Bekasi yang terletak di paling ujung. Lokasinya yang berbatasan dengan Laut Jawa dan Teluk Jakarta membuat wilayah ini rentan mengalami banjir rob.
Belum selesai duka akibat banjir rob di Bulan Januari 2021, musibah kembali menghampiri warga Kampung Muara Gembong. Banjir kembali terjadi di awal Februari 2021. Kali ini bukan karena air rob, namun akibat jebolnya tanggul karena luapan Sungai Citarum hingga menutup jalan menuju Muara Gembong.
Banjir yang menimpa Muara Gembong bukan hanya membuat mata pencaharian penduduk Muara Gembong yang sebagian besar adalah melaut harus terhenti sementara. Namun, banjir ini membawa duka bagi adik-adik yatim dan dhuafa binaan YBKB karena harus kehilangan buku-buku yang ada di taman baca yang dibentuk oleh YBKB.
Tidak ada lagi pemandangan anak-anak yang berkumpul di sore hari untuk menggali ilmu melalui buku-buku yang disediakan oleh taman baca YBKB karena seluruh buku rusak karena terendam banjir.
Keinginan untuk belajar mereka harus terhenti. Mereka tak sampai hati untuk meminta uang guna membeli buku kepada orangtua mereka yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari.
Ditambah lagi dengan pemberlakuan PPKM membuat aktivitas melaut mereka semakin terbatas. Mengencangkan ikat pinggang menjadi satu-satunya pilihan bagi mereka untuk dapat bertahan hidup.
Buku dan pengetahuan tak lagi mampu dijadikan prioritas bagi para adik-adik yatim dan dhuafa di Muara Gembong. Harapan mereka harus berhenti sementara.