Sedekah Oksigen
Tanam Pohon, Tumbuhkan Harapan
Sepanjang tahun 2020, dunia diingatkan mengenai pentingnya kesehatan pernapasan. Pandemi Covid-19 telah membuat masyarakat menyadari besarnya karunia menarik napas secara leluasa tanpa alat bantu maupun rasa sesak di dada.
Sebenarnya, sebelum pandemi Covid-19 pun masyarakat di seluruh dunia sudah berisiko tinggi memiliki gangguan sistem pernapasan. Kondisi udara yang tercemar adalah faktor utama penyebab hal tersebut, terutama di kota besar.
Polusi udara seolah sudah menjadi makanan sehari-hari di kota besar. Tingginya tingkat polusi udara berkorelasi dengan berbagai penyakit, seperti gangguan paru kronis, penyakit jantung, stroke dan kanker paru-paru yang juga berimbas pada produktivitas ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian di berbagai negara, kualitas udara yang buruk karena tercemar juga berpotensi menyebabkan tubuh menjadi lebih gemuk, bahkan hingga tahap obesitas karena gangguan metabolisme yang disebabkan polutan.
POTENSI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN UDARA TAHUN 2020
Selama masa pandemi Covid-19, masyarakat disuguhi gambar-gambar udara bersih dan langit yang cerah akibat lockdown.
Namun, sebenarnya terjadi sekitar 98.000 kematian akibat polusi udara di seluruh dunia. Sedangkan potensi kerugian ekonomi dunia karena pencemaran udara diperkirakan mencapai 56,5 miliar dolar AS.
Sementara di Indonesia, menurut data Greenpeace, angka kematian akibat polusi udara sejak 1 Januari 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 9.000 jiwa. Kematian akibat polusi di kota Jakarta diperkirakan mencapai 6.100 jiwa.
Tercatat potensi kerugian ekonomi akibat buruknya kualitas udara kota Jakarta mencapai Rp 23 triliun atau sekitar 26 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Greenpeace menilai, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama pandemi Covid-19 tidak terlalu berdampak pada perbaikan kualitas udara Jakarta.
Memang benar kualitas udara di Jakarta sempat membaik dengan adanya penurunan polusi udara. Akan tetapi, memasuki masa PSBB transisi justru terlihat tren kenaikan polusi udara. Bahkan, polusi udara di Jakarta sempat menduduki peringkat kedua terburuk di dunia pada pertengahan tahun 2020.
Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan untuk menjaga kualitas udara di sekitar kita tetap baik dan tidak lagi tercemar polusi?
MENANAM POHON
Salah satu solusi untuk membuat udara lebih segar adalah dengan menanam lebih banyak pohon. Menanam pohon tak hanya baik bagi kesehatan, tapi juga merupakan bagian dari merawat lingkungan dan bumi.
Secara umum, manusia menghirup 740 kilogram oksigen per tahun. Sedangkan sebuah pohon setinggi 12 meter dengan berat dua ton dapat menghasilkan sekitar 118 kilogram oksigen tiap tahun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan bernafas seorang manusia dewasa dalam setahun, dibutuhkan sekitar 7-8 pohon besar.
Bangsa Indonesia perlu bersyukur karena tanah air ini memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hamparan alam luas dengan ribuan jenis pepohonan membentang dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah pun menyimpan flora dan fauna langka yang sangat beraneka ragam. Tumbuhan dan hewan-hewan langka ini dilindungi di kawasan taman nasional yang ada di seluruh Indonesia.
Selain menyimpan flora dan fauna langka, taman nasional juga memiliki fungsi sebagaikawasan observasi, konservasi dan penelitian serta wisata alam yang populer. Setidaknya ada 3 fungsi penting taman nasional bagi kelangsungan hidup manusia:
- Pelestarian proses ekologis
Fungsi pelestarian proses ekologis meliputi perbaikan dan pengedaran nutrisi, pembentukan tanah, sirkulasi dan pembersihan udara dan air, mendukung udara global, memberikan keseimbangan air, memberikan oksigen dan menyerap karbondioksida.
- Pelestarian sumber air
Fungsi pelestarian sumber air ini meliputi pengendalian erosi, reduksi banjir lokal, dan regulasi aliran sungai.
- Fungsi penyangga bencana
Fungsi penyangga bencana berhubungan dengan taman nasional yang berada di lokasi rawan bencana. Sebagai daerah penyangga, taman nasional mampu mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam sekaligus mengurangi korban jiwa.
KEPEDULIAN TERHADAP WARGA SUKABUMI
Walaupun kondisi alam di Indonesia sangat indah dan terdapat banyak pepohonan yang dapat memproduksi oksigen serta menjaga kestabilan lingkungan, negeri ini tidak bebas dari bencana alam.
Masih segar di ingatan kita berbagai bencana alam banjir maupun longsor yang terjadi. Seperti yang terjadi akhir September 2020 lalu, saat banjir bandang melanda kabupaten Sukabumi hingga memakan korban jiwa.
Dari hasil penelusuran di lapangan, curah hujan ekstrim dihulu dan puncak Gunung Salak telah membuat kawasan hilir dan dataran rendah di Sukabumi harus menerima air melebihi kemampuannya. BMKG pun telah memberi peringatan akan potensi bencana banjir dan longsor.
Sebenarnya, kabupaten Sukabumi memiliki Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang berfungsi menyerap air berlebih yang berasal dari curah hujan tinggi. Sangat disayangkan banjir bandang yang memakan korban jiwa masih terjadi di area yang sangat dekat dengan kawasan konservasi berkarakteristik hutan hujan pegunungan terluas di pulau Jawa ini.
Pada bulan September dan Oktober 2020 lalu, Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa menerjunkan bidang Kemanusiaan, YBKB Social Humanity (YOU) untuk menyalurkan bantuan dari para donatur kepada para penyintas bencana banjir bandang Sukabumi.
Selain bantuan berupa kebutuhan pokok, YBKB juga mengadakan program bantuan infrastruktur air bersih bagi penyintas banjir bandang di desa Cibuntu dan Cidahu, kabupaten Sukabumi.
Tidak berhenti di situ, Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa juga mengirimkan perwakilan dari bidang Lingkungan, YBKB Environment Saviour (YES) ke sekitar lokasi banjir bandang untuk membantu mengadakan langkahpencegahanagar bencana serupa tidak terulang lagi.
Ketua bidang Lingkungan YBKB, Bapak Johan, menemui langsung Bapak Abu Taufik, Wakil Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan menemukan bahwa terdapat kerusakan hutan sekitar 20 hektar lahan gundul, yaitu area kosong dan tidak ditanami oleh pepohonan apa pun.
Pada area tersebut perlu dilakukan penanaman kembali lahan gundul, atau dikenal juga dengan istilah penyulaman. Penyulaman tersebut bermanfaat mengembalikan fungsi utama Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), yaitu sebagai sistem penyangga kehidupan, menjadi area tangkapan air, mengatur ketersediaan air tanah dan mengatur kestabilan cuaca di sekitar taman nasional serta menjadi penopang sistem sosial-ekonomi-budaya pada tingkat komunitas dan wilayah.
WUJUD NYATA MENJAGA LINGKUNGAN SECARA BERKELANJUTAN
Secara administratif, TNGHS terletak di tiga daerah kabupaten dan dua provinsi, yaitu Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi di Provinsi Jawa Barat serta Kabupaten Lebak di Provinsi Banten.Upaya menjaga dan merawat taman nasional tersebut tentunya membutuhkan partisipasi berbagai pihak, tidak bisa hanya mengandalkan pengelola TNGHS. Masyarakat di daerah penyangga kawasan konservasi pun perlu diberdayakan secara berkesinambungan.
Berdasarkan hasil penelusuran tim Bidang Lingkungan pada tahun 2020, Yayasan Bangun Kecerdasan Bangsa menginisiasi program Sedekah Oksigen yang akan berlangsung sepanjang tahun 2021.
Sedekah Oksigen merupakan gerakan menyumbang oksigen dengan cara menanam 100.000 pohondi Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Sebagai langkah awal, YBKB akan menanam 1.000 pohon di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan ini akan berlangsung Kamis, 28 Januari 2021.
Tidak hanya bertujuan meningkatkan jumlah dan kualitas oksigen, penyulaman ini diharapkan juga dapat mencegah terjadinya banjir maupun longsor di lokasi sekitar. Selain penyulaman, YBKB juga akan memberikan bantuan sembako bagi masyarakat duafa yang ada di sekitar.
Islam menggolongkan perbuatan menanam sebagai sedekah dan termasuk perbuatan mulia. Pahala berlimpah diberikan bagi orang yang menanam. Bahkan Allah SWT menjanjikan pahala akan terus mengalir hingga hari kiamat bagi siapa saja yang menanam segala bentuk tumbuhan yang bermanfaat bagi makhluk hidup.
“Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya, maka tanamlah.” (HR. Bukhari dan Ahmad).
Hadits Rasulullah tersebut merupakan isyarat mengenai keutamaan perbuatan menanam pohon. Begitu besarnya dampak dan manfaat menanam, bahkan ketika hari kiamat pun, kita tetap dianjurkan menanam.
Sudah waktunya kita lebih peduli terhadap kebersihan udara dan kelestarian lingkungan di bumi. Tidak hanya demi kebaikan diri sendiri, tapi juga demi kesehatan dan kesejahteraan generasi penerus. Tidak hanya berharap akan keuntungan di dunia, tapi juga keuntungan di akhirat nanti. Yuk, ikut berpartisipasi dalam program terbaru dari YBKB ini!
Sumber:
kompas.com, m.liputan6.com, m.republika.co.id, alodokter.com, bbc.com, halimunsalak.org