Amalan di
Penghujung Ramadan
Amalan 10 hari terakhir Ramadhan jangan sampai terlewatkan. Seperti diketahui, terdapat Lailatul Qadar yang nilainya lebih dari 1000 bulan pada malam-malam terakhir Ramadan. Sebagai umat Muslim, kita sebaiknya memanfaatkan momentum ini secara optimal untuk mendapatkan ampunan dan keberkahan dari Allah SWT.
Lagi pula, perlu diingat bahwa belum tentu kita akan menjumpai Ramadan tahun depan. Kehidupan ini penuh dengan ketidakpastian, setiap hari yang kita jalani adalah anugerah yang harus disyukuri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenungkan betapa berharganya setiap detik yang kita miliki dalam Ramadan ini.
Kita harus lebih bersungguh-sungguh menghidupkan malam-malam terakhir Ramadan dengan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW sebagai suri tauladan kita.
Dari ‘Aisyah RA, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).
Beberapa amalan yang dapat kita tunaikan di penghujung Ramadan antara lain:
Berdiam Diri di Masjid
Berdiam diri di masjid merupakan salah satu amalan 10 hari terakhir Ramadhan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Praktik ini dikenal sebagai iktikaf yang memiliki tujuan utama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui amalan-amalan ibadah yang dilakukan secara khusus di dalam masjid.
Majelis Tarjih dan Tajdid dalam buku Tuntunan Ramadhan menjelaskan bahwa iktikaf atau iktikaf adalah bentuk aktivitas berdiam diri di masjid dalam jangka waktu tertentu dengan melakukan amalan-amalan tertentu untuk mengharapkan ridha Allah SWT.Praktik ini telah dilakukan oleh Rasulullah SAW sendiri, yang seringkali beriktikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan sebagai contoh yang patut diteladani oleh umat muslim.
Dari Aisyah RA, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beriktikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beriktikaf setelah beliau wafat. (HR. Bukhari, no. 2026 dan Muslim, no. 1172).
Iktikaf sangat dianjurkan dilaksanakan pada 10 hari terakhir Ramadhan, terutama karena kemungkinan terdapatnya malam Lailatul Qadar di antara hari-hari tersebut. Berdiam diri di masjid selama 10 hari terakhir Ramadan memberikan kesempatan yang sangat besar bagi umat muslim untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan lebih intensif.
Terkait dengan durasi iktikaf, ulama memiliki perbedaan pendapat. Beberapa ulama berpendapat bahwa iktikaf dapat dilaksanakan dalam waktu yang sebentar tanpa batasan lamanya. Sedangkan yang lain berpendapat bahwa iktikaf minimal dilakukan selama satu malam satu hari. Dapat disimpulkan bahwa iktikaf dapat dilaksanakan dalam berbagai waktu tertentu, mulai dari beberapa jam hingga selama 24 jam sehari semalam.
Selain itu, tempat pelaksanaan iktikaf juga menjadi perhatian penting. QS. Al-Baqarah ayat 187 menjelaskan bahwa iktikaf dilaksanakan di masjid. Meskipun ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang jenis masjid yang dapat digunakan untuk iktikaf, namun yang menjadi prioritas adalah masjid jami'ah atau masjid yang biasa digunakan untuk salat Jumat.
Menunaikan Zakat Fitrah dan Memperbanyak Sedekah
Zakat fitrah adalah kewajiban bagi setiap muslim yang memenuhi syarat untuk memberikan bantuan kepada 8 golongan yang telah ditentukan. Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya menunaikan zakat fitrah tepat waktu untuk membantu saudara-saudara yang membutuhkan.
Waktu penunaian zakat fitrah adalah sebelum pelaksanaan Salat Idul Fitri atau sebelum waktu Idul Fitri tiba. Ini dilakukan agar zakat fitrah dapat diterima oleh yang berhak dan digunakan untuk kebutuhan mereka saat merayakan hari kemenangan Idul Fitri.
Zakat fitrah memiliki takaran yang telah ditentukan dalam agama Islam, yaitu setara dengan satu sha’ atau sekitar 2,5 kg dari makanan pokok yang umum dikonsumsi masyarakat. Misalnya beras, gandum, kurma, atau uang dengan nilai yang telah disesuaikan dengan makanan pokok tersebut.
Manfaat berbagi dalam Islam sangatlah besar dan ditekankan sebagai salah satu nilai penting. Dengan menunaikan zakat, umat muslim membersihkan dan menyucikan harta, sekaligus membantu orang-orang yang membutuhkan dan meningkatkan perputaran ekonomi.
Oleh karenanya, kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak sedekah di bulan Ramadan, terutama pada 10 hari terakhir Ramadan. Sedekah bermanfaat untuk membersihkan harta dan mendatangkan rizki yang berlimpah dari Allah SWT. Rasulullah SAW sendiri adalah orang yang paling dermawan di bulan Ramadan.
Berbagi melalui zakat fitrah dan sedekah juga memperkuat ikatan sosial dan solidaritas antara sesama muslim, menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, dan peduli terhadap kesejahteraan bersama. Menunaikan zakat fitrah tidak hanya sebagai kewajiban agama, tetapi juga sebagai wujud nyata dari rasa empati, kasih sayang, dan kepedulian dalam menjalani ajaran Islam.
Menghidupkan Malam dengan Beribadah
Menghidupkan malam dengan beribadah merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan pada penghujung Ramadhan. Praktik ini mencakup berbagai bentuk ibadah seperti shalat malam, dzikir, tilawah Al-Qur'an, dan doa-doa yang dipanjatkan dengan penuh kekhusyukan.
Rasulullah SAW mencontohkan keutamaan menghidupkan malam dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, di mana beliau selalu beribadah hingga menjelang subuh selama bulan Ramadhan.
Membangunkan keluarga untuk beribadah merupakan anjuran di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, lebih dari hari-hari lainnya. Karena keutamaannya disebutkan dalam hadits yang lain.
“Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang di malam hari melakukan shalat malam, lalu ia membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan, maka ia memerciki air pada wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang wanita yang di malam hari melakukan shalat malam, lalu ia membangungkan suaminya. Jika suaminya enggan, maka istrinya pun memerciki air pada wajahnya.” (HR. Abu Daud no. 1308 dan An Nasai no. 1148. Sanad hadits ini hasan kata Al Hafizh Abu Thohir).
Fadhilah shalat tarawih juga merupakan salah satu aspek penting dalam menghidupkan malam pada 10 hari terakhir Ramadhan. Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat Isya' di bulan Ramadhan. Shalat tarawih juga merupakan bentuk ikhtiar untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar.
Menghidupkan malam dengan beribadah pada 10 hari terakhir Ramadhan memiliki banyak manfaat dalam Islam. Salah satunya adalah memperkuat keimanan dan ketakwaan. Ini juga membantu kita membersihkan diri dari dosa-dosa, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan lebih intensif.
Membersihkan Diri dan Memakai Wangi-Wangian
Dalam Islam, menjaga kebersihan diri adalah suatu kewajiban. Rasulullah SAW selalu menganjurkan umatnya untuk menjaga kebersihan dan memperhatikan aspek-aspek kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini termasuk dalam menjaga kebersihan tubuh, pakaian, dan lingkungan sekitar. Membersihkan diri juga mencakup menjaga kebersihan hati dan pikiran dari hal-hal yang negatif seperti prasangka buruk, iri hati, dan sejenisnya.
Sementara itu, memakai wangi-wangian merupakan sunnah yang dianjurkan dalam Islam, terutama saat akan melakukan ibadah seperti shalat atau menjalani kegiatan sosial. Rasulullah SAW sendiri senang dengan bau-bauan yang harum dan menyenangkan.
Pada penghujung Ramadhan, praktik membersihkan diri dan memakai wangi-wangian memiliki makna yang lebih dalam. Selain sebagai upaya menjaga kesucian diri di bulan suci Ramadan, hal ini juga sebagai persiapan menjalani malam Lailatul Qadar yang merupakan malam yang penuh berkah dan keberkahan.
Dengan menjaga kebersihan dan memakai wangi-wangian, kita menghormati bulan Ramadan dan menyambut malam-malam terakhir dengan sikap yang baik dan mulia. Membersihkan diri dan memakai wangi-wangian juga merupakan bentuk persiapan diri untuk beribadah, termasuk shalat malam, dzikir, dan doa-doa yang dilakukan dengan hati yang suci dan bersih.
Momen-momen terakhir bulan suci Ramadan menjadi kesempatan yang tak tergantikan untuk meraih keberkahan dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kita sebaiknya memperbanyak amalan 10 hari terakhir Ramadhan sebagai bekal di dunia dan akhirat.