Apa Itu Zakat Mal?
Apa itu zakat mal? Mungkin di antara kita masih ada yang belum tahu. Padahal, memahami apa arti zakat mal sangat penting karena membayar zakat mal hukumnya adalah wajib bagi Muslim dengan syarat tertentu.
Apa beda zakat fitrah dan zakat mal? Zakat fitrah dan zakat mal adalah dua kewajiban zakat yang berbeda dalam agama Islam. Zakat fitrah merupakan kewajiban setiap Muslim pada bulan Ramadan yang dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok masyarakat setempat dan dibayarkan sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri.
Di sisi lain, zakat mal merupakan kewajiban zakat atas kekayaan atau harta benda yang dimiliki seseorang. Contoh zakat mal adalah uang, emas, perak, dan penghasilan dari berbagai sumber. Zakat mal dibayar setelah harta tersebut memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti mencapai nisab dan haul.
Selengkapnya, berikut penjelasan tentang apa itu zakat mal, syarat harta yang wajib dibayarkan zakatnya, serta perhitungannya.
Pengertian dan Syarat Wajib Zakat Mal
Melansir laman resmi BAZNAS, zakat mal adalah kewajiban zakat yang dikenakan atas seluruh jenis harta atau kekayaan yang dimiliki seseorang, dengan catatan harta tersebut diperoleh secara sah dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama Islam.
Konsep zakat mal berasal dari bahasa Arab yang menunjukkan arti harta atau kekayaan (al-amwal, jamak dari kata maal). Apa arti zakat mal tersebut dijelaskan sebagai "segala hal yang diinginkan manusia untuk disimpan dan dimiliki" menurut Lisanul-Arab. Dalam Islam, harta dianggap sebagai sesuatu yang diperbolehkan dimiliki dan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan agama.
Zakat mal mencakup berbagai bentuk harta seperti uang tunai, emas, surat berharga, penghasilan dari profesi, dan jenis-jenis kekayaan lainnya. Setiap aset yang dimiliki seseorang dapat menjadi objek wajib zakat asalkan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam ajaran Islam.
Syarat harta yang wajib dibayarkan zakatnya antara lain:
1. Dimiliki Sempurna
Aset yang wajib dizakati adalah aset yang sepenuhnya dimiliki oleh seseorang. Sehingga pemilik memiliki kontrol penuh atasnya dan dapat menggunakan sepenuhnya sesuai keinginan. Jadi, bukan harta bersama atau aset yang belum lunas.
2. Halal
Selain dimiliki secara penuh, aset yang wajib dizakati juga harus diperoleh secara halal. Artinya, aset tersebut harus diperoleh melalui cara yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti melalui usaha yang jujur, warisan yang sah, dan lain sebagainya. Aset yang diperoleh secara haram seperti hasil korupsi atau kegiatan ilegal lainnya, zakatnya tidak diterima.
3. Berpotensi Produktif dan Berkembang
Aset yang memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan atau berkembang nilainya wajib dizakati. Contohnya termasuk emas, saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya yang dapat menghasilkan pendapatan atau meningkatkan nilai dari investasi.
4. Mencapai Nisab
Nisab merupakan batas minimum nilai harta yang harus terpenuhi agar harta tersebut wajib dizakati. Nisab ini diukur dengan nilai tertentu, misalnya setara dengan 85 gram emas atau 595 gram perak.
5. Terbebas dari Hutang
Jika seseorang memiliki hutang, jumlah utang tersebut dapat dikurangkan dari total nilai harta yang wajib dizakati. Namun, harta yang diwajibkan zakat adalah harta yang berada di bawah kepemilikan penuh pemilik, bukan harta yang diakumulasi melalui hutang.
6. Mencapai Haul
Haul adalah istilah dalam agama Islam yang mengacu pada periode waktu satu tahun Hijriyah, yaitu kalender lunar yang digunakan dalam Islam. Dalam konteks zakat, haul mengacu pada syarat dimana harta yang akan dizakati harus telah berada di bawah kepemilikan seseorang selama satu tahun Hijriyah penuh.
Syarat haul ini berlaku terutama untuk harta seperti ternak, emas, uang, dan harta benda lain yang diperdagangkan. Dengan kata lain, agar harta tersebut wajib dizakati, pemiliknya harus telah memiliki harta tersebut selama setahun penuh dalam kalender Hijriyah.
Namun, perlu dicatat bahwa syarat haul tidak berlaku untuk semua jenis harta. Misalnya, harta hasil pertanian, buah-buahan, rikâz (barang temuan), dan beberapa jenis harta lain yang dianalogikan dengan hal tersebut tidak perlu mencapai satu tahun kepemilikan untuk dikenai kewajiban zakat.
Contoh Zakat Mal dan Cara Menghitungnya
Terdapat beberapa jenis zakat yang telah diatur dalam syariat Islam, masing-masing memiliki nisab atau batas minimum yang harus terpenuhi. Nisab ini berbeda-beda tergantung pada jenis harta yang dimiliki, seperti emas, perak, binatang ternak, hasil pertanian, barang dagangan, dan harta karun.
Berikut contoh zakat mal sesuai ketentuan nisabnya dan cara menghitungnya:
1. Zakat Emas
Nisab emas ditetapkan sebesar 85 gram emas murni atau setara dengan 20 dinar Islam. Jika seseorang memiliki emas melebihi nisab dan telah mencapai masa haul, maka wajib bagi mereka untuk mengeluarkan zakat sebesar 2,5%.
Cara menghitung zakat emas cukup sederhana, yakni dengan mengalikan 2,5% dari total emas yang dimiliki seseorang setelah mencapai nisab. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki 100 gram emas, zakat yang harus dibayar adalah 2,5 gram emas.
2. Zakat Perak
Nisab perak ditetapkan sebesar 595 gram atau setara dengan 200 dirham. Zakat perak dihitung dengan prinsip yang sama seperti zakat emas, yakni sebesar 2,5% dari jumlah perak yang dimiliki seseorang setelah mencapai nisab. Contohnya, jika seseorang memiliki 800 gram perak, zakat yang harus dibayar adalah 20 gram perak.
3. Zakat Binatang Ternak
Nisab dan cara menghitung zakat mal berupa binatang ternak bervariasi untuk setiap jenis ternak. Misalnya, nisab sapi adalah 30 ekor dan nisab kambing adalah 40 ekor. Zakat binatang ternak dihitung berdasarkan jumlah ternak yang dimiliki seseorang. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki 50 ekor kambing, zakat yang harus dibayar adalah satu ekor kambing.
4. Zakat Hasil Pertanian
Nisab zakat hasil pertanian ditetapkan sebesar 5 wasaq, di mana setiap wasaq setara dengan 60 sha’ atau sekitar 900 kg. Zakat dihitung berdasarkan jenis tanaman, cara pengairan, dan jumlah produksi yang berhasil. Sebagai contoh, jika petani memiliki 1200 kg beras dan tanahnya diairi dengan hujan, maka zakat yang harus dibayar adalah 10% dari total produksi beras, yaitu 120 kg beras.
5. Zakat Harta Karun
Harta karun yang ditemukan wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 20% dari jumlahnya, tanpa memperhatikan nisab dan haul. Sebagai contoh, jika seseorang menemukan harta karun berupa perhiasan dengan nilai total Rp10.000.000, zakat yang harus dibayar yaitu Rp10.000.000 x 20% = Rp2.000.000.
6. Zakat Barang Dagangan
Zakat barang dagangan dihitung berdasarkan modal dan laba bersih yang dimiliki pedagang setelah dikurangi dengan hutang. Nisab dan persentase zakatnya sama dengan zakat emas.
Sebagai contoh, jika seorang pedagang memiliki modal sebesar Rp50.000.000 dan laba bersih Rp10.000.000, zakat yang harus dibayar adalah 2,5% dari total modal dan laba bersih, yaitu (Rp50.000.000 + Rp10.000.000) x 2,5% = Rp1.500.000.
Dalam menghitung nisab, terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah nisab harus dipenuhi selama setahun atau hanya dilihat pada awal dan akhir tahun. Pendapat yang kuat adalah nisab harus terpenuhi selama setahun penuh dan dihitung berdasarkan periode haul.
Setelah memahami apa itu zakat mal serta ketentuan nisab dan cara menghitungnya, penting bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban membayar zakat mal dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Membayar zakat merupakan bukti ketaatan kepada ajaran agama serta bentuk pengorbanan dalam membangun kesejahteraan sosial.
Oleh karena itu, mari kita tingkatkan kesadaran akan pentingnya zakat sebagai instrumen ibadah yang membantu perekonomian masyarakat. Untuk memudahkan perhitungan zakat, kita dapat berkonsultasi dengan ahli agama atau menggunakan kalkulator zakat yang tersedia di platform amil zakat terpercaya.
Dengan membayar zakat sesuai ketentuan, kita telah mensucikan harta, menjaga keberkahan rezeki, sekaligus memberikan manfaat kepada orang-orang yang membutuhkan. Semoga amal ibadah zakat kita diterima oleh Allah SWT dan menjadi penyemangat bagi kita semua dalam meniti jalan kebaikan.