Surat Yusuf ayat 4 sering dikaitkan dengan kemuliaan Nabi Yusuf yang bisa membuat banyak orang terpikat. Cerita Nabi Yusuf yang memiliki wajah berseri-seri penuh kharisma juga dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an.
Misalnya pada surah Yusuf ayat 4, tersirat bahwa bukan hanya para wanita yang terpikat pada Nabi Yusuf. Bahkan digambarkan dalam mimpi jika bintang, matahari, dan bulan pun sujud padanya. Dengan ketampanan dan kharisma yang dimiliki, siapa sih yang tidak ingin seperti Nabi Yusuf?
Di zaman modern ini, banyak orang berlomba-lomba untuk kelihatan cantik dan tampan, baik secara lahir maupun batin. Tidak heran jika doa Yusuf ayat 4 semakin populer diamalkan banyak orang karena dipercaya dapat membuat wajah lebih menawan berseri-seri dan membuat orang kagum saat melihatnya.
Mengamalkan surah Yusuf ayat 4 dan doa Nabi Yusuf dengan cara tertentu juga disebut dapat menambah aura positif pada wajah dan membangkitkan cinta kasih. Oleh karenanya amalan ini juga digunakan sebagai cara mendekatkan jodoh.
Namun, tentunya kita harus memiliki cukup ilmu sebelum mengerjakan semua amalan, terutama yang kaitannya dengan ibadah. Sebagaimana Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya orang yang rusak dari kalangan ahli ibadah itu lebih banyak karena mereka beribadah tanpa didasari ilmu.” (Diriwayatkan oleh Imam al-Khatib al-Baghdadi dalam Iqtidha’ al-‘Ilm).
Baca Juga:
Jadi, bolehkah mengamalkan surat Yusuf Ayat 4 untuk wajah rupawan dan mendekatkan jodoh? Bagaimana cara mengamalkan doa Yusuf ayat 4 yang benar sesuai syariat? Berikut penjelasannya!
Surat Yusuf Ayat 4: Arab, Latin, Terjemahan, dan Tafsirnya
Setiap kisah dalam ayat Al-Qur’an bukan sekadar cerita, melainkan pelajaran hidup yang penuh hikmah. Salah satunya adalah cerita Nabi Yusuf ‘alaihis salam yang diawali dengan sebuah mimpi masa kecil, namun ternyata menjadi awal perjalanan panjang menuju takdir besar yang telah Allah tetapkan.
Surah Yusuf ayat 4 ini membuka lembaran indah tentang harapan, ujian, dan keteguhan iman yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Berikut teks Arab, latin, dan terjemahannya:
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
Idz qāla Yūsufu li-abīhi yā abati innī ra'aitu aḥada ‘asyara kaukaban wasy-syamsa wal-qamara ra'aituhum lī sājidīn.
Artinya: “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf: 4).
Tafsir Wajiz
Ayat ini merupakan pembuka kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam dalam Al-Qur’an. Setelah sebelumnya Allah menyebutkan bahwa Al-Qur’an mengandung kisah-kisah terdahulu yang belum diketahui secara rinci oleh Nabi Muhammad Saw. dan umatnya, maka kini Allah menyampaikan salah satu kisah tersebut.
Nabi Yusuf, putra dari Nabi Ya‘qub, bercerita kepada ayahnya tentang mimpi yang ia alami. Dalam mimpi itu, ia melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan, semuanya tampak sujud kepadanya.
Para ulama menafsirkan bahwa sebelas bintang itu menggambarkan saudara-saudaranya, matahari adalah ayahnya, dan bulan adalah ibunya. Mimpi ini merupakan isyarat dari Allah tentang masa depan Yusuf sebagai sosok mulia yang kelak dihormati oleh seluruh keluarganya.
Ayat ini menjadi awal dari kisah hidup Nabi Yusuf yang penuh ujian dan hikmah. Allah menunjukkan bahwa sejak kecil Yusuf telah dipilih untuk sebuah peran besar. Kisah ini juga menjadi pelajaran bahwa mimpi para nabi adalah bentuk wahyu, bukan mimpi biasa.
Tafsir Tahlili
Dalam tafsir tahlili, surat Yusuf ayat 4 dikaji secara lebih mendalam dengan konteks bahasa dan makna simboliknya. Ketika Yusuf menyampaikan mimpinya kepada ayahnya, ia mengatakan bahwa ia melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan sujud kepadanya.
Kata sujud di sini bukan berarti menyembah sebagaimana dalam ibadah, melainkan dalam pengertian kiasan tunduk, hormat, atau memuliakan. Ini sejalan dengan ayat lain dalam Al-Qur’an seperti dalam surah Ar-Rahman ayat 6, yang menyebut bahwa pohon dan bintang "bersujud" kepada Allah, maksudnya tunduk dalam keteraturan hukum-Nya.
Baca Juga:
Manfaat Al Matsurat sebagai Dzikir Pagi Petang
Nabi Ya‘qub memahami bahwa mimpi Yusuf bukanlah mimpi biasa, melainkan sebuah ilham kenabian. Ia menyadari bahwa Yusuf kelak akan menjadi sosok penting yang disegani, bahkan oleh keluarganya sendiri.
Ini menandakan bahwa Allah telah memilihnya untuk suatu kedudukan mulia. Namun, Nabi Ya‘qub juga merasa khawatir, sebab jika mimpi ini sampai didengar oleh saudara-saudaranya, mereka bisa saja diliputi rasa iri dan dengki, lalu mencelakakan Yusuf.
Kekhawatiran Ya‘qub sangat beralasan, mengingat kasih sayangnya yang besar kepada Yusuf sudah menjadi pemicu rasa cemburu saudara-saudaranya. Maka sejak awal, kisah ini memberi gambaran tentang bagaimana rencana Allah berjalan melalui peristiwa-peristiwa manusiawi seperti kecemburuan, konspirasi, hingga takdir kepemimpinan yang agung.
Keutamaan dan Tata Cara Mengamalkan Surat Yusuf Ayat 4
Bagi sebagian umat Islam, surat Yusuf ayat 4 diyakini memiliki keutamaan tertentu, terutama dalam hal memancarkan ketenangan wajah dan menarik simpati orang lain. Keyakinan ini tumbuh dari cerita Nabi Yusuf ‘alaihis salam yang dikenal sebagai sosok rupawan, lembut hati, dan penuh karisma.
Meski secara tekstual ayat tersebut menceritakan mimpi kenabian, bukan perintah ibadah, sebagian masyarakat menggunakannya sebagai amalan untuk tujuan tertentu. Berikut beberapa cara mengamalkan surah Yusuf ayat 4 yang beredar luas di masyarakat dan diyakini bisa menambah kharisma wajah dan mendekatkan jodoh:
1. Dibaca Setelah Shalat Fardhu
Banyak orang membaca surat Yusuf ayat 4 secara rutin setiap selesai shalat lima waktu. Harapannya agar wajah senantiasa teduh, menenangkan, dan memancarkan aura positif. Rutinitas ini dipercaya bisa membentuk ketenangan batin yang terpancar lewat raut muka.
2. Digabungkan dengan Surat Al-Ikhlas
Setelah membaca surat Yusuf ayat 4, sebagian orang melanjutkan dengan membaca Surat Al-Ikhlas. Tujuannya untuk memperkuat nilai tauhid dan menambah keberkahan dalam doa. Gabungan ini dianggap sebagai bentuk permohonan lahir-batin kepada Allah.
3. Ditiupkan ke Telapak Tangan dan Diusap ke Wajah
Usai membaca doa, biasanya ditiupkan ke telapak tangan lalu diusapkan ke wajah. Gerakan ini dimaknai sebagai simbol permohonan agar wajah berseri seperti cerita Nabi Yusuf. Banyak yang merasa lebih percaya diri setelah mengamalkannya.
4. Diamalkan Setelah Wudhu atau Mandi
Selain setelah shalat, ayat ini juga diamalkan setelah berwudhu atau mandi. Kebersihan fisik diselaraskan dengan kebersihan hati melalui ayat Al-Qur’an. Kombinasi ini diyakini membuat penampilan lebih sejuk dan diterima oleh orang lain.
5. Dibaca Bersamaan dengan Doa Nabi Yusuf
Banyak yang menyebutnya sebagai doa Yusuf ayat 4 meskipun bentuknya adalah doa tambahan. Isi doanya memohon agar wajah bersinar dan disukai orang yang melihatnya. Doa Nabi Yusuf yang yang sering dibaca bersama surat Yusuf ayat 4 di antaranya:
الَّلهُمَّ جَئَلْنِى نُوْرَ يُوْسُفَ عَلَى وَجْهِي فَمَنْ رَآنِي يُحِبُّنِي مَحَبَّةً تَامَّةً
Allaahummaj‘alnii nuura yusufa ala wajhii fa man ro aanii yuhibbunii mahabbatan.
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah Nur cahaya Nabi Yusuf pada wajahku, dan bagi siapa yang melihat akan menjadi kagum dan memiliki cinta kasih kepadaku."
Mengamalkan Surat Yusuf ayat 4 dan doa Nabi Yusuf untuk wajah berseri atau mendekatkan jodoh adalah bentuk harapan dan ikhtiar batin yang marak di masyarakat. Namun, jika diamalkan dengan niat sebagai ibadah khusus dalam waktu, cara, atau tujuan tertentu tanpa dasar dalil yang shahih, maka perlu ditinjau kembali kesesuaiannya dengan prinsip dasar syariat.
Dalam kaidah fiqih, hukum asal ibadah adalah haram sampai ada dalil yang memerintahkannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh para ulama besar dari berbagai mazhab, termasuk Imam Syafi’i.
Baca Juga:
Dengan begitu, umat Islam perlu berhati-hati dalam mengkhususkan suatu amalan sebagai ibadah. Bukan berarti setiap bentuk doa atau bacaan Al-Qur’an dilarang, namun menganggapnya sebagai wasilah ibadah tertentu (misalnya, agar wajah bersinar atau jodoh lebih dekat) harus berdasarkan tuntunan syariat.
Jika tidak ada dalil yang menunjukkan Nabi Saw. atau para sahabat melakukannya dengan cara tersebut, maka lebih bijak untuk tidak menjadikannya ritual rutin yang diyakini memiliki keutamaan khusus. Membaca surat Yusuf ayat 4 sebagai bagian dari tadabbur atau keindahan kisah para nabi tentu dibolehkan.
Namun, menjadikannya sebagai amalan yang diyakini memiliki khasiat khusus tanpa dasar yang jelas perlu ditinggalkan demi menjaga kemurnian ajaran Islam. Semoga Allah senantiasa membimbing ibadah kita agar tetap berada di atas jalan kebenaran yang diridhai-Nya.