Shalat gerhana akan kita lakukan dua kali pada bulan Ramadan tahun ini. Melansir laman resmi BRIN, dua fenomena langit ini mencakup Gerhana Bulan Total pada 14 Maret 2025 dan Gerhana Matahari Sebagian pada 29 Maret 2025.
Gerhana Bulan Total akan terlihat di Amerika, Afrika Barat, dan sebagian Eropa, sementara Gerhana Matahari Sebagian dapat disaksikan di Eropa, Afrika Utara, dan sebagian Amerika Utara. Meski tidak semua wilayah Indonesia dapat melihatnya, dampaknya tetap terasa, terutama pada pasang maksimum yang berpotensi menyebabkan banjir rob di beberapa pesisir.
Secara ilmiah, gerhana terjadi karena posisi Matahari, Bumi, dan Bulan yang sejajar dalam konfigurasi tertentu. Gerhana bulan terjadi saat Bumi berada di antara Matahari dan Bulan sehingga menyebabkan bayangan Bumi menutupi Bulan. Pada puncaknya, Bulan tampak kemerahan karena atmosfer Bumi hanya meneruskan spektrum cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang seperti merah dan jingga.
Baca Juga:
Amalan 10 Hari Pertama Ramadan
Sementara itu, gerhana matahari terjadi ketika Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi. Dalam Gerhana Matahari Sebagian, hanya sebagian Matahari yang tertutup oleh Bulan, sehingga menciptakan bentuk sabit redup di siang hari.
Tuntutan Islam Saat Terjadi Gerhana
Rasulullah Saw. juga telah menyebutkan tentang gerhana dan memberikan petunjuk bagi umatnya. Beliau bersabda: "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang. Jika kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, bersedekahlah, dan shalatlah." (HR. Al-Bukhari No. 1044 & Muslim No. 901).
Hadits tersebut menjadi dasar bagi umat Islam dalam menyikapi fenomena gerhana dengan ibadah yang telah disyariatkan. Sebagai bentuk pengamalan sunnah, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan shalat gerhana matahari dan shalat gerhana bulan dengan tata cara yang telah dicontohkan Rasulullah Saw.
Berikut tuntunan syariat bagi umat Muslim ketika terjadi gerhana bulan maupun matahari:
1. Menghadirkan Rasa Takut kepada Allah
Saat terjadi gerhana, umat Islam dianjurkan untuk merenungkan kebesaran Allah dan mengingat tanda-tanda hari kiamat. Gerhana bukan sekadar fenomena alam, tetapi bagian dari kekuasaan-Nya.
2. Mengingat Apa yang Pernah Disaksikan Rasulullah
Dalam shalat gerhana, Rasulullah Saw. diperlihatkan surga dan neraka, serta berbagai bentuk azab bagi penghuni neraka. Beliau bahkan bersabda, "Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis" (Muttafaqun ‘alaih).
3. Memperbanyak Doa dan Istighfar
Rasulullah Saw. menganjurkan umatnya untuk memperbanyak doa, istighfar, dan zikir kepada Allah. Gerhana seharusnya menjadi waktu bagi seorang Muslim untuk merenung, mengakui kelemahan dirinya di hadapan Allah, dan memohon ampun atas dosa-dosa yang telah lalu.
4. Melakukan Amal Kebaikan
Gerhana adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak amal saleh. Rasulullah Saw. dalam beberapa riwayat menganjurkan umatnya untuk bersedekah dan membebaskan budak ketika terjadi gerhana.
5. Menunaikan Shalat Gerhana
Shalat gerhana merupakan ibadah yang disyariatkan sebagai bentuk ketundukan kepada Allah ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan. Shalat gerhana memiliki keutamaan sebagai ibadah yang dianjurkan langsung oleh Rasulullah saat terjadi gerhana, sebagai bentuk ketundukan kepada Allah, serta mengingatkan umat Islam akan kekuasaan-Nya dan kehidupan akhirat.
Tata Cara Shalat Gerhana
Para ulama, seperti Ibnu Mundzir, menegaskan bahwa tata cara shalat gerhana bulan dilakukan sama seperti shalat gerhana matahari. Shalat ini tidak diawali dengan azan dan iqamah, melainkan cukup dengan seruan "Ash-Shalaatu Jaami’ah" sebagai panggilan untuk berkumpul.
"Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah Saw., diserukan: 'Ash-Shalaatu Jaami’ah'" (HR. Bukhari dan Muslim).
Tata cara shalat gerhana dikerjakan dua rakaat dengan masing-masing rakaat memiliki dua kali ruku’. Bacaan shalat gerhana dilakukan secara jahr (dikeraskan). Dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjamaah di masjid dan diikuti dengan khutbah setelahnya.
Baca Juga:
Doa dan Tata Cara Sholat Tarawih
Berikut tata cara shalat gerhana sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.:
1. Takbiratul Ihram
Shalat gerhana diawali dengan takbiratul ihram seperti shalat lainnya, dengan mengangkat tangan dan membaca: "Allahu Akbar".
2. Membaca Al-Fatihah dan Surat Panjang
Setelah takbir, membaca doa istiftah, lalu membaca ta’awudz: "A’udzu billahi minasy syaithanir rajiim". Kemudian membaca Al-Fatihah diikuti dengan membaca surat panjang, seperti Surat Al-Baqarah.
Dalilnya adalah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
"Rasulullah Saw. berdiri dengan waktu yang panjang sepanjang bacaan Surat Al-Baqarah." (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Ruku’ Pertama yang Panjang
Setelah membaca surat panjang, melakukan ruku’ dengan durasi lebih lama dari ruku’ biasa. Bacaan ruku’, "Subhaana rabbiyal ‘azhiim" (Dibaca berulang kali dengan memanjangkannya).
4. I’tidal Pertama
Setelah ruku’, bangkit (i’tidal) sambil mengucapkan: "Sami’allaahu liman hamidah, Rabbanaa wa lakal hamd." Namun, setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, melainkan berdiri kembali untuk membaca surat lagi.
5. Berdiri Kembali dan Mengulang Bacaan Al-Fatihah serta Surat Panjang
Pada berdiri kedua ini, kembali membaca Al-Fatihah, kemudian membaca surat panjang lagi, tetapi lebih pendek dari bacaan pertama. Dalilnya dari hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
"Kemudian beliau berdiri dalam waktu yang lama, tetapi lebih pendek dari berdiri pertama." (HR. Bukhari dan Muslim).
6. Ruku’ Kedua yang Lebih Pendek
Setelah membaca surat kedua, kembali ruku’ dengan durasi lebih pendek dibandingkan ruku’ pertama. Bacaan ruku’: "Subhaana rabbiyal ‘azhiim" (Dibaca dengan khusyuk tetapi lebih pendek dari ruku’ pertama).
7. I’tidal Kedua dan Berhenti Sejenak
Bangkit dari ruku’ kedua dengan mengucapkan: "Sami’allaahu liman hamidah, Rabbanaa wa lakal hamd." Kemudian berhenti sejenak sebelum turun ke sujud.
Baca Juga:
8. Sujud Dua Kali yang Panjang
Setelah i’tidal kedua, melakukan dua kali sujud yang panjang, dengan duduk di antara dua sujud juga dilakukan dengan durasi lama.
Bacaan sujud: "Subhaana rabbiyal a’la" (Dibaca berulang-ulang dan dipanjangkan).
9. Mengulang Rakaat Kedua dengan Tata Cara yang Sama
Rakaat kedua dilakukan dengan cara yang sama, tetapi semua bacaan dan gerakan dilakukan lebih singkat dari rakaat pertama.
Dalilnya dari hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
"Kemudian beliau berdiri dalam waktu yang lama, tetapi lebih pendek dari berdiri pertama. Selanjutnya, beliau ruku’ dengan ruku’ yang lama, tetapi lebih pendek dari ruku’ pertama." (HR. Bukhari dan Muslim).
10. Tasyahud dan Salam
Setelah rakaat kedua selesai, duduk untuk membaca tasyahud akhir, lalu mengucapkan salam.
Bacaan salam: "Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullah" (ke kanan dan ke kiri).
Setelah salam, disunnahkan untuk menyampaikan khutbah, sebagaimana dilakukan Rasulullah Saw. "Setelah shalat, Rasulullah Saw. berkhutbah kepada para sahabat dan menjelaskan bahwa gerhana adalah tanda kekuasaan Allah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw. juga mengingatkan bahwa gerhana merupakan tanda kebesaran Allah, bukan karena kematian atau kelahiran seseorang. Oleh karena itu, ketika terjadi gerhana, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak dzikir, doa, dan istighfar sebagai bentuk ketundukan kepada Allah.