Rabiul Awal merupakan bulan istimewa dan sarat makna bagi umat Islam. Bulan ketiga dalam kalender Hijriah ini adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Sehingga Rabiul Awal sering diidentikkan dengan Maulid Nabi. Meskipun demikian, bulan ini menyimpan banyak peristiwa penting lainnya yang patut kita kenang dan renungkan.
Bulan kelahiran Nabi ini juga tidak lepas dari peristiwa Rabiul Awal. Peristiwa-peristiwa tersebut tercatat dalam sejarah Islam. Sebagai muslim, alangkah baiknya jika kita menambah pengetahuan dengan membaca ringkasan peristiwa-peristiwa bersejarah berikut ini.
1. Kelahiran Nabi Muhammad Saw. dan Serangan Pasukan Gajah
Kelahiran Nabi Muhammad Saw. pada 12 Rabiul Awal (20 April 570 Masehi) diiringi oleh peristiwa bersejarah lainnya. Tahun itu disebut Tahun Gajah karena sebuah peristiwa besar terjadi. Abrahah al-Asyram, penguasa Yaman yang ambisius, memimpin pasukan gajah untuk menghancurkan Ka’bah.
Didasari oleh rasa iri dan keinginan untuk mengalihkan pusat ibadah dari Mekkah ke gereja megah yang ia bangun di Sana’a, Abrahah nekat melancarkan serangan. Namun, takdir berkata lain. Usaha Abrahah gagal total dan Ka’bah tetap berdiri kokoh sebagai simbol kesucian bagi umat Islam.
Baca Juga:
Amalan-Amalan Sunnah pada Bulan Rabiul Awal
Kelahiran Nabi Muhammad Saw. dan gagalnya pasukan gajah merupakan peristiwa Rabiul Awal yang menunjukkan bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas. Setiap upaya untuk menandingi keagungan-Nya akan gagal. Pasukan Abrahah justru hancur oleh lemparan batu dari burung ababil.
Kisah ini diabadikan dalam al-Qur’an, yakni surat al-Fiil ayat 1–5 berikut ini:
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَٰبِ ٱلۡفِيلِ أَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِي تَضۡلِيلٖ وَأَرۡسَلَ عَلَيۡهِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ تَرۡمِيهِم
بِحِجَارَةٖ مِّن سِجِّيلٖ فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٖ مَّأۡكُولِۢ
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. Al-Fiil [105]: 1–5).
2. Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah
Seiring menyebarnya agama Islam di Makkah, kaum kafir Quraisy makin khawatir sehingga mereka terus mengancam Nabi Muhammad dan para sahabat. Umat Islam di Makkah mengalami penindasan dan penganiayaan yang sangat berat dari kaum Quraisy. Mereka diboikot secara sosial dan ekonomi, bahkan nyawa mereka terancam.
Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat Nabi yang mengalami penganiayaan berat. Ia disiksa oleh majikannya, yaitu Umayah bin Khalaf, dengan dijemur di gurun pasir yang panas. Sementara itu, kekerasan yang dialami Nabi Muhammad juga tidak kalah ngerinya. Beliau dilempari batu oleh orang-orang Thaif hingga kening beliau keluar darah.
Melihat kondisi di Makkah yang sudah tidak aman, Nabi Muhammad mengajak umat muslim Makkah untuk hijrah ke Yatsrib (Madinah). Sebelum hijrah, Nabi mengutus Mush’ab bin Umair ke Yatsrib guna memastikan kondisi Madinah aman untuk tujuan hijrah. Setelah itu, hijrah mulai dilakukan secara bertahap. Nabi Muhammad sendiri hijrah bersama Abu Bakar.
Perjalanan hijrah Nabi Muhammad dan Abu Bakar penuh dengan tantangan dan rintangan. Mereka bersembunyi di Gua Tsur selama beberapa hari untuk menghindari kejaran kaum Quraisy.
Selama di gua, mereka merasa sangat haus dan lapar. Namun, dengan pertolongan Allah Swt., mereka tetap sabar dan tabah. Seekor laba-laba menenun sarangnya di mulut gua, dan seekor burung merpati bertengger di atas sarang itu. Hal ini membuat orang-orang Quraisy yang mengejar mereka mengira bahwa tidak ada orang di dalam gua tersebut.
Setelah merasa aman, Nabi Muhammad dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib (Madinah). Mereka melewati jalan-jalan yang sepi dan terjal. Mereka juga harus menghindari patroli kaum Quraisy yang terus mencari-cari jejak mereka.
Sepanjang perjalanan, Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar terus berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah Swt. Mereka yakin bahwa Allah Swt. akan selalu melindungi mereka. Akhirnya, dengan izin Allah Swt., mereka berhasil sampai di Madinah dengan selamat. Nabi Muhammad Saw. dan Abu Bakar disambut dengan hangat oleh penduduk Madinah. Mereka diberi tempat tinggal dan perlindungan.
Hijrah terjadi pada bulan Rabiul Awal. Dari sinilah Umar bin Khattab kemudian menciptakan kalender Hijriah yang kita kenal saat ini. Dalam sejarah Islam, hijrah merupakan peristiwa Rabiul Awal yang tidak hanya menandai dimulainya kalender baru, tetapi juga sebuah babak baru dalam penyebaran Islam.
3. Pertama Kalinya Nabi Muhammad Melaksanakan Shalat Jumat
Pada dasarnya, shalat Jum’at telah disyariatkan sejak Nabi Muhammad belum hijrah dan masih tinggal di Makkah. Namun, jumlah umat muslim belum begitu banyak. Selain itu, intimidasi dari kaum kafir Quraisy membuat umat muslim tidak memungkinkan untuk melaksanakan shalat Jum’at.
Akhirnya, Rasulullah Saw. melaksanakan shalat Jum’at pertama kali saat perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah. Dalam perjalanan tersebut, beliau dan para sahabat singgah di Quba pada tanggal 8 Rabiul Awal. Beliau singgah di Quba selama empat hari, yakni Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis.
Baca Juga:
Pada hari Jum’at, Nabi Muhammad melanjutkan perjalanan ke Madinah. Setelah berjalan sejauh tiga kilometer, beliau sampai di sebuah tempat bernama Wadi al-Ranuna. Di sinilah beliau dan para sahabat melaksanakan shalat Jum’at untuk pertama kali. Saat ini, di lokasi tersebut telah berdiri sebuah masjid bernama Masjid Al-Jum’ah. Ada pula yang menyebutnya Masjid Al-Wadi dan Masjid Atikah.
4. Nabi Muhammad Membangun Masjid Pertama
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, Nabi Muhammad singgah di Quba. Di sinilah beliau membangun masjid pertama dalam sejarah Islam.
Pembangunan Masjid Quba dilakukan secara sederhana oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Mereka bekerja sama membangun masjid dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar, seperti batu bata, kayu, dan pelepah kurma.
Tanggal didirikannya Masjid Quba bertepatan dengan bulan kelahiran Nabi, yakni 8 Rabiul Awal tahun pertama Hijriah. Masjid ini berdiri di atas tanah wakaf dari keluarga Kalsum bin Hadam.
Rancangan masjid ini merupakan hasil pemikiran langsung Nabi Muhammad. Keikutsertaan sahabat-sahabat terdekat seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman dalam meletakkan batu pertama di mihrab yang menghadap ke Baitul Maqdis menjadi bukti nyata persatuan dan semangat membangun umat di masa itu.
Saat turun perintah untuk mengubah arah kiblat, Nabi Muhammad membangun kembali Masjid Quba dengan menyesuaikan arah kiblat berdasarkan perintah Allah Swt. Berikut ayat tentang pemindahan arah kiblat.
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
“Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 144).
Masjid Quba merupakan bukti nyata akan komitmen Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Islam. Masjid ini merupakan simbol persatuan umat Islam dan menjadi tempat ibadah yang sangat berarti bagi seluruh umat Islam.
Sampai saat ini, Masjid Quba masih berdiri dan menjadi salah satu tujuan ziarah bagi umat Islam dari seluruh dunia. Berdasarkan hadits Nabi, ada keistimewaan tersendiri bagi umat Islam yang melaksanakan shalat di Masjid Quba.
“Barang siapa yang berwudhu di rumahnya, lalu ia mendatangi Masjid Quba, dan ia melaksanakan salat di dalamnya, maka pahalanya seperti pahala umrah.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam sebuah Riwayat diceritakan bahwa semasa hidupnya, Nabi Muhammad selalu pergi ke Masjid Quba setiap hari Sabtu, Senin, dan Kamis. Sepeninggal beliau, para sahabat juga sering menziarahi masjid ini dan melaksanakan shalat di dalamnya.
5. Wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Beberapa minggu sebelum wafat, Nabi Muhammad Saw. mengeluh pusing dan demam. Saat itu, beliau masih melakukan aktivitas seperti mengimami shalat berjamaah bersama para sahabat.
Namun, dari ke hari kondisi kesehatannya makin menurun. Tubuh beliau terbaring lemah. Saat kondisinya tidak kunjung membaik, beliau meminta dibawa ke rumah Aisyah. Sebelumnya beliau berada di rumah Maimunah.
Kesehatan Nabi Muhammad makin memburuk, hingga pada suatu di hari Senin, beliau tidak berjamaah shalat Subuh. Saat matahari mulai meninggi, beliau memanggil Fatimah dan membisikkan sesuatu yang membuat Fatimah menangis.
“Nabi Saw. mengatakan padaku bahwa beliau akan wafat, dan aku menangis. Kemudian beliau mengatakan padaku bahwa aku adalah orang pertama di antara keluarga beliau yang akan menyusul beliau,” kata Fatimah saat ditanya oleh Aisyah.
Nabi Muhammad juga memanggil kedua cucunya, Hasan dan Husain, kemudian menciumi mereka. Beliau berpesan kepada orang-orang yang hadir di sana untuk menjaga kedua cucunya.
Ketika kondisi Nabi makin lemah dan tanda-tanda ajal makin tampak, Aisyah menyandarkan tubuh Nabi ke pangkuannya. Saat itulah, Abdurrahman dan Abu Bakar masuk sambil membawa siwak.
Baca Juga:
Nabi Muhammad memandangi siwak itu, kemudian Aisyah menawari beliau untuk bersiwak. Aisyah melunakkan siwak tersebut lebih dulu, lalu menggosokkannya ke gigi Nabi. Saat itu, di sisi beliau ada bejana berisi air. Beliau mencelupkan tangan ke dalam bejana, lalu mengusapkannya ke wajah sambil mengucap kalimat tahlil.
Setelah bersiwak, Nabi mengangkat kedua tangannya sambil menatap langit-langit. Beliau mengucap doa perlahan-lahan dan Aisyah mendengarkannya. Beliau berdoa, “Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi.” (Ad-Darimi, Misykatul Mashabih, II:547).
Nabi Muhammad mengucap doa tersebut sampai tiga kali. Kemudian, beliau mengembuskan napas terakhir. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Demikianlah, akhirnya nabi dan rasul terakhir tersebut wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 Hijriah.
Bulan Rabiul Awal menyimpan banyak peristiwa penting dalam Islam. Sejarah Rabiul Awal tidak lepas dari peristiwa-peristiwa tersebut. Karena itu, sebagai umat Islam, sebaiknya kita juga mempelajari sejarah agama Islam. Selain menambah pengetahuan, mempelajari peristiwa-peristiwa bersejarah dalam Islam juga mengajak kita untuk menyelami hikmah dan makna Rabiul Awal dari peristiwa-peristiwa tersebut.